Rupanya mekanisme adaptasi ini tidak hanya terjadi di hidung, tapi juga di mata (lama-lama bisa melihat dalam gelap kan? itu namanya adaptasi gelap), di kulit (kita ga kerasa kalo lagi pake jam tangan atau baju kan?) bahkan di hati. Nah lho. Nyebut hati, maksutnya organ di abdomen regio hipokondria dextra yang terdiri dari dua lobus itu, atau "hati" yang lain? I mean hati the latter, the "heart". My heart. Your heart.
Kita manusia memang tergolong kingdom animalia. Tapi apa yang membedakan kita dari those lowly goats or chicken, adalah kita punya hati. Hati kita adalah karunia dari Allah, sebagai built in warning system yang berfungsi membedakan benar dan salah, dan mengingatkan kita untuk selalu melangkah di lajur yang benar. Kita terlahir dengan hati yang licin dan polos. Namun ia mudah sekali terlukai oleh berbagai penyakit hati: sombong, dengki, marah, dan berbagai nafsu angkara lainnya. Ia juga mudah ternodai saat pemiliknya berkontak dengan berbagai jenis dosa; berbohong, melihat hal yang tak pantas, meninggalkan sholat, dan lainnya. Hati yang berfungsi normal akan merasa kesakitan saat kita melukainya atau menodainya. Tapi layaknya hal lain di tubuh kita, hati juga beradaptasi. Semakin sering kita terpajan dengan berbagai macam penyakit dan kotoran hati, ia akan semakin kebal. Tidak lagi merasa sakit dan kotor. Ibarat lidah, ia sudah mati rasa.
Apa artinya? Sebejat-bejatnya manusia, pasti pada saat pertama kalinya ia berbuat jahat/berdosa, akan ada rasa tidak enak di hatinya. Itu adalah jeritan hati yang terciprat noda. Semua manusia demikian, ia tahu mana yang benar dan salah, mana yang mesti dihindari, mana yang baik untuk hati. Tapi begitu ia membiasakan hatinya terpapar noda-noda yang sama, lama-kelamaan hati akan mati rasa. Ia sudah tidak lagi merasa kesakitan saat berdosa. Mengerikan? Mestinya iya. Karena itu berarti hati sudah mati. Sudah terlalu bernoda. Kalo diibaratkan jaringan tubuh, jika terluka akan menyembuhkan diri dengan membentuk jaringan parut/fibrosis. Luka memang tertutup, tapi bagian yang luka itu tidak lagi merasa. Kalo semua bagian hati udah begitu, ibarat sirosis hati. Hatinya uda jaringan parut semua, uda keras, uda ga bisa merasa. Serem bukan? ;( Trus siapa dong yang ngingetin kalo berdosa? Enggak ada. Ia udah dengan entengnya melakukan dosa, ga malu dilihat orang, karena uda biasa aja.
Saya sendiri kadang merasakan proses matinya hati ini. Merasa makin ga peka dosa, makin jauh dari Allah. Itu mengerikan. Saya sadar akan hal itu, tapi saya tidak merasa sedih dan takut, tidak sesedih dan setakut dulu saat saya juga merasa jauh dari Allah. Sekarang sama-sama jauh, tapi respon hati saya terhadap kejauhan ini beda. Serem. Ini hati saya uda mulai berfibrosis-fibrosis. Kalo sudah begini, ga da pilihan lain selain ganti hati. Hati liver sih bisa transplan, kalo hati ini gimana gantinya? Dengan istighfar, dengan menghindari hal-hal yang kita tau merusak hati (walaupun uda mulai hipestesi, jangan sampe hati ini anestesi), dan bertekad akan selalu mendekatkan diri dengan obat hati (ada 5 perkaranya, yang pertama syalalalalala uda tau lah ya, pada dengerin Opick kan)
Ayo jaga hati, lentera hidup ini ;)
Makasih kak (y)
ReplyDelete