Sayangnya Tiffany dan ibu mager kalo harus jauh-jauh ke salon kutho. Jadilah mereka ke "salon kampung". Saat Tiffany masuk salon, ada seorang mbak yang rupanya sedang treatment, rambutnya berlapis krim sesuatu. Untungnya treatment itu bisa ditinggal, sehingga sang hair dresser meminta Tiffany segera duduk untuk dicuci rambutnya sebelum dipotong.
"Rambut saya tipis ya mbak", kata Tiffany sambil lalu pada hair dressernya.
"Iya mbak, banget, hehe"
GLEK, ih mbaknya jujur amat, pikir Tiffany.
Tak dinyana, mbak yang lagi treatment tadi nyahut "Enak kali mbak, rambut sampeyan tipis, lurus lagi. Rambut saya nih tebel banget, jadi kaya singa. Makanya saya rebonding biar lurus dan rapi"
Eeh, Tiffany jadi malu sendiri. Selama ini ia benci rambut tipis nya, kesannya hampir botak dan bikin dahinya jadi kelihatan lebar banget. Tapi ternyata ada loh, orang yang pingin punya rambut sepertinya. Tiffany jadi berpikir kembali. Alhamdulillah, rambutnya meskipun tipis tapi sehat dan rapi, tidak beterbangan, tidak bercabang, tidak rontok. Masih banyak orang yang rambutnya lebih parah dari Tiffany. Harus bersyukur jadi orang, no? :)
botak? gapapa, jadi kaya ahli fisika :) |
No comments:
Post a Comment