Friday, August 22, 2014

Brussels, Belgium #1


Sempat terjadi tragedy di awal perjalanan Amsterdam-Brussel. Aku berniat langsung beli tiket bus Eurolines Pass di Amsterdam dan langsung dipake buat jalan ke Brussel hari itu juga. Aku ga booking Pass dari Indonesia karena gapunya credit card :” Ternyataaaaa printer di Eurolines Amsterdam lagi rusak dan gabisa ngeprintin Pass kita. Sepele banget ya masalahnya, tapi karena itu aku harus bayar tiket biasa Amsterdam-Brussel seharga 23 EUR. Habis gimana, mau nyari printer sendiri di luar, ga bisa karena Passnya kudu divalidasi di kantor tsb. Mau beli besoknya aja (Mas Eurolines berjanji printer sudah akan bener esok harinya) tapi kita gada nginep di Amsterdam. Aku uda janji akan datang malam itu juga di Brussel sama bibiku yang bakal kuinepin. Jadilah kita terpaksa keluar 23 EUR, hiks, jangan dirupiahin, bikin setres :” Oiya, golden rule selama di Eropa: NEVER ever convert Euro to Rupiah. Eropa adalah benua yang mahal, dan Euro adalah mata uang yang mahal. Bisa-bisa ga enjoy kalo terus terbayang berapa duit yang kita habisin sambil jalan, haha.

Kurang lebih 3 jam kemudian, sampailah kami di Brussel’s Gare du Nord. Turun dari bus, langsung disambut angin kencang yang amat sangat dingin, lebih dingin daripada di Bromo, lebih dingin daripada angin manapun sepanjang hidupku. Dengan merapatkan coat dan jari-jari yang gemeteran, aku pun memanggul backpack ku ke ruang tunggu di Gare du Nord tsb, sampai akhirnya dijemput sama Galis, sepupu jauhku (jauh banget, kalo dek Izzah ga nikah sama Kak Gilang ni Galis ga akan jadi sepupuku wkwk). Kita naksi ke rumah Galis n bibi Ina :)

Sepanjang jalan, aku belajar bahwa di Brussel ini, beda dengan kota-kota lain di Belgia, bahasanya pake Bahasa Perancis. Kalo kota lain Belgia pakenya bahasa Belanda. Galis juga ngomong ama Monsieur supir taksi pake Francais. Wuihihi senengnyaa bisa denger langsung orang ngobrol Perancis :) Sepanjang jalan juga aku melihat bukti Brussel sebagai "Capital of Europe", di Brussel inilah berdiri markas besar Uni Eropa. Eh tiba-tiba taksi belok dan berhenti. Lhooo rupanya rumah Galis pas bener deket markas EU :D

Belgium, negara bilingual. Everything here has two names; in Dutch and in French. Ini papan nama stasiun Bruxelles Gare du Nord (French) atau Brussel Station-Noord (Dutch) :3

Ini pertama kalinya aku ever set foot di rumah Eropa. Beda laah sama di Indo. Di Eropa mostly rumah adalah model apartment/flat, atau kaya rumah susun lah. Jadi satu bangunan terdiri dari beberapa rumah, satu lantai bisa beberapa rumah. Rumah Galis sendiri ditinggali 3 orang, semuanya orang Indo haha. Ada Bi Ina,. Bi Eni, dan Galis. Di rumah Galis ini modelnya minimalis banget, masuk ada rak sepatu trus pintu ke ruang keluarga, ke kanan ada 2 kamar, toilet, dan kamar mandi, ke kiri ada meja makan yang diletakkan di pojok ruang keluarga, dan dapur. Nyebrang pintu depan adalah beranda yang menghadap jalanan di depan, dihiasi pot-pot bunga yang cantik. Memang, kata Bi Ina, di sini lahan terbatas dan tempat tinggal dibuat seefisien mungkin. Setiap rumah terdaftar dan berapa saja orang yang tinggal juga terdaftar, jadi ga da istilah kamar kosong ga kepake.

Sebenernya ini rumah di Amsterdam sih, tapi yaaa kaya2 gini lah. Cantik kaaan (rumahnya) ;)

 Rak sepatunya, wuihi lucu deh. Isinya ga cuma flats2, ada juga alas kaki berbagai musim kaya boots dan flip-flop. Trus ada lemari kecil di samping rak sepatu buat naro syal2 (yang di sini bukan cuma buat gaya2an tapi fungsional untuk menahan angin kencang). Kamar mandinya pake bathtub dengan lantai kering, yang aku ditegor ama bibi soalnya airnya gocer-gocer. Ampun Bi :") Terus setiap ruangan ada benda pipih aneh yang kemudian hari baru kuketahui adalah pemanas ruangan. Hmmmm, orang tropis mana ngerti ya ama pemanas ruangan, haha.

Yang paling luvly dari rumah-rumah Eropa adalah jendelanya! Jendela di sini gede2 banget, hampir segede tembok itu sendiri. Jadi puas banget liatin jalan di depan, dan terang, dan ga kerasa sempitnya ;) Dan meskipun yang namanya apartemen rumahnya ga nginjek tanah, bukan berarti gabisa punya kebun. Bi Eni yang merupakan botanical enthusiast ternyata merawat anggrek2 cantik lucu yang ditaro di pot-pot di beranda. Ada juga berbagai tanaman gantung yang bikin pemandangan jadi ga boring. Beberapa pot bunga juga ditaro di jendela, jadi makin luvly <3 p="">
Beranda rumah Galis dan jalanan di depannya
 Berhubung aku nyampe rumah Galis uda malem, jam 10 lebih (walau rasanya masih jam setengah 6 karena begitu terangnya), kami memutuskan jalan-jalannya besok saja. Bi Ina rupanya uda masakin soto buatku :") Duh, baru hari pertama di Eropa langsung homesick :"D Ya emang gabisa dibandingin ama soto lamongan asli sih, tapi percaya deh, nemu soto di Eropa itu mewah bingiiittsss. Alhamdulillah :)

-bersambung ke bagian jalan-jalan di Brussel-