Wednesday, June 18, 2014

Eropa vs Indonesia

Selalu ada sisi positif dan negatif dari tiap-tiap sesuatu. Begitu juga dengan Eropa. Ga semuaaa yang kita denger tentang Eropa itu membuktikan Eropa enak, ada juga part-part ga enaknya. Dan jangan pula mengunderestimate tanah air kita ini, karena dalam beberapa hal, Indonesia lebih OK loo daripada Eropa :)

Bagusnya Eropa
1. Transportasi publik
Harus diakui, Indonesia masih kalah jauh dari Eropa dalam dunia perangkotan. Di sana semua moda transportasi umum sangat bagus, teratur, terawat, dan jelas jadwalnya serta rutenya. Hampir semua kota besar dilengkapi jaringan kereta bawah tanah (metro, subway, dll). Di Paris misalnya, jaringan metro sangat ekstensif, membuat kita bisa ke mana pun di Paris dengan mudah dan cepat. Metro ada setiap 5 menit, jadi insya Allah ga akan sesak-sesak (aku belum pernah naik pas rush hour sih, tapi seenggaknya ga ada tuh cerita gabisa turun dari metro saking penuhnya, ga kaya KRL Jabodetabek). Metro nya juga canggih dan bersih. Peta metro tersedia gratis di semua stasiun, dengan kode warna yang mudah dibaca. Untuk beli tiketnya juga gampang, dari mesin-mesin di tiap stasiun. Setiap berhenti, ada pengumuman suara yang ngasitau ini stasiun mana, dengan suara sengau-sengau Perancis yang seksi :p. Di tiap stasiun metro pun tersedia peta daerah setempat, jadi ga bingung keluar stasiun harus belok ke mana-mana aja untuk sampai tempat tujuan. 

Peta Metro Paris. Suka banget penamaannya :)
Ga cuma di Paris, di Amsterdam, Wina, Budapest, Praha, Berlin, semuanya punya jaringan transportasi yang OK. Di Budapest adalah jaringan metro pertama di dunia (kata guide ku kemaren), dan di sana metronya tua-tua banget gitu, lebih jelek dr KRL Jabodetabek, tapi anehnya lebih terawat :) 

Transportasi ga cuma metro ya, ada juga bus, S-Bahn (kaya KRL gtu, jadi di atas tanah), sama tram (ada jalurnya sendiri di jalan raya), yang semuanya terintegrasi. Beli tiket cukup satu, bisa dipakai buat semua moda transportasi :)

Di sana beli tiketnya biasanya jam-jaman, jadi satu tiket berlaku untuk 30/60/90 menit, tergantung di mananya. Biasanya aku beli tiket yang 24 jam, jadi bisa dipake seharian ke manapun di kota tsb. Dan yang kutemukan aneh adalah biasanya tiket ini ga diperiksa lo :" Yang diperiksa banget cuma di Paris (harus nge-tap tiket di pintu stasiun, kalo nggak ya gabisa keluar masuk), selain itu ngga diperiksa. Ada sih mesin tap, tapi ya sebenernya lo ngga nge-tap juga ga papa. Hmm, mungkin di sana uda ada anggaran buat transportasi umum ya, jadi meski orang2 gabayar pun ga akan rugi :"D tapi sebagai warga negara/turis yang baik, hendaknya anda tetap beli tiket ya :)

2. Surga buat pejalan kaki. 
Pedestrian sangat dihormati di Eropa. Trotoar di sana ga kaya di Indonesia yang penuh PKL dan kumuh, sehingga bikin males jalan kaki. Di sana trotoar lebar, bersih, rata, pokoknya enak banget buat jalan. Apalagi semua pengguna jalan yang lain respek sama pejalan kaki; kalo ada yang mau nyeberang, sepeda/mobil pada berhenti meskipun bukan lampu merah. Kalo di Indonesia kan, liat aja motor-motor yang seenaknya nyerobot lampu merah padahal lagi ada pejalan kaki yang nyebrang :" Terus pemandangannya sendiri juga indah. Rumah di sana modelnya rumah susun/apartemen, jadi banyak ruang terbuka hijau yang menyenangkan buat pejalan kaki. Mobil juga ga penuh banget kaya di sini, sehingga dijamin bersih bebas polusi :)
Trotoar Belanda, bersih ya :)
3. Air minum gratis
Di Eropa, air kran bisa diminum. Aku practically cuma bawa 1 botol kemana-mana, dan kalo abis tinggal ngisi di kran-kran di pinggir jalan. Seger :")

4. Punctual People
Orang Eropa sangat disiplin soal waktu. Dibilang jam 11 ya jam 11. Jam 10.55 uda pada duduk manis. jam 11.01 baru masuk? Udah telat namanya. Jadwal bus, kereta, dll pun begitu. Dijadwalkan jam 12.37 di halte, ya bus akan datang jam segitu. Telat satu menit aja, bus sudah berangkat lagi dan kita harus menunggu bus berikutnya (yang bisa jadi baru ada setiap 20-30 menit). Enaknya, setiap perjalanan kita jadi bisa direncanakan. Pas di Belanda, aku terbantu banget sama website 9292.nl di mana kita tinggal masukin, pergi dari mana hendak ke mana. Web tsb akan mendeteksi berbagai moda transportasi yang bisa dipakai, mencocokkan jadwalnya dg waktu keberangkatan kita, dan secara otomatis mengkalkulasikan waktu jalan yang diperlukan dari halte ke halte. Dan tepat waktu, jadi kita bisa perkirakan dengan tepat jam berapa kita akan sampai di tujuan :)

Bagusnya Indonesia
1. Makanan
Selama backpackingan di Eropa, aku jarang banget beli makanan. Satu, Mahal. Ya kalo dibandingin sama Indonesia, harga sandwich di sana bisa seharga semangkuk rawon dengkul. Dua, ga enak. Ya ini soal selera sih, namanya juga lidah Indonesia, uda terbiasa sama bumbu-bumbu yang kuat. Makanan di Eropa jadi terasa hambar banget, ato kalo nggak hambar ya rasanya aneh, karena bumbu-bumbunya beda dg yang di Indonesia. Tiga, ga tau halal enggaknya. Sekalinya ditraktir tante-tante pun, aku pesen menu ikan yang jelas halal. Susah deh, rindu banget sama daging :") Empat, roti-roti-roti-kentang-nasi. Jarang banget ketemu nasi. I missed nasi :"


Makanan gw di eropa. keliatannya aja enak, rasanya enakan nasi rawon :")

2. Laid-backness
Kebalikannya dari punctual, orang Indo justru kelewat santai. Di satu sisi ini ga bagus ya, karena merugikan orang lain juga kalo kita membuat orang menunggu. Tapi di sisi lain, orang Indonesia nyantai banget, hidup ini dinikmati banget, ga usah dibawa terlalu serius :D Ini keliatan banget bedanya saat berinteraksi sama bule-bule di sana :)

3. Kesopanan
Hehe, bukan apa-apa sih, ini culture shock aja kayaknya. Di Eropa itu PDA menjadi sesuatu yang sangat biasa. Orang berciuman di eskalator, rangkul-rangkulan, peluk-pelukan, semuanya tanpa risih. Ya yang ngeliat macam aku ini risih banget :") Menurutku seharusnya hal seperti itu bukan untuk diumbar-umbar di tempat umum, karena bikin ga nyaman orang yang ngeliat. Bukan karena diriku jomblo terus mupeng ya, tapi yaaaa gaenak aja ga sih, lo lagi buru-buru di eskalator eh di depan lo orang dengan santainya cium-ciuman, seperti dunia milik berdua saja (now I do sound jealous, haha).

4. Masjid di mana-mana
Di Indonesia yang mayoritas muslim, sangat mudah menemui masjid. Jadi gampang banget kalo mau solat atau sekedar ngaso-ngaso, numpang ke toilet, bahkan bisa numpang tidur kalo kepepet. Di Eropa, kalo ga googling ga bakal deh ketemu masjid :") Kalo kepepet gada nginep, ya terpaksa ngemper, kaya pengalamanku kemaren di Praha :") Sholat juga ga bingung kan madep mana, di Eropa aku cuma mengandalkan kompas hp yang ga akurat, bahkan aku sempet melenceng 180 derajat dari kiblat sebenernya -_-"
Lantai 2 bangunan di Praha ini adalah masjid lho, kalo ga nanya ya ga akan ketemu. Siapa sangka ada masjid di situ? :") 
5. Sunny all year long
Di benua 4 musim macam Eropa, yang namanya summer matahari baru terbenam jam 10 malam, dan uda terbit lagi jam 4 pagi. Merepotkan sekali buat equatorians macam saya, yang terbiasa tidur jam 11 bangun jam 4. Lha gimana, mau bobo, masih ada matahari, belum solat maghrib pula. Mau bangun, boro-boro tahajud, bangun jam4 itu waktu subuh uda mau habis :") Ga kebayang deh kalo puasa, lama banget ya haha. Ga denger adzan pula di Eropa, jadi ga tahu ini uda ashar apa blom, haha. Emang Indonesia tampaknya paling ideal buat pemeluk agama Islam, di mana yang namanya solat maghrib itu jam 6, maks 6.30 lah, dan subuh ya jam 4.30, sepanjang tahun :)


Tuesday, June 17, 2014

My First Eurotrip

Eropa. Tanah impian semua orang (atau setidaknya tanah impianku). Menikmati matahari di depan menara Eiffel, menyusuri birunya sungai Danube, piknik di pinggiran kanal Amsterdam, menatap sunset dari cantiknya bukit-bukit Budapest, atau sekedar mengagumi kemegahan bangunan tua di Wina, siapa siiih yang ga pingin?

Alhamdulillah, late spring 2014 kali ini aku berkesempatan menjejakkan kaki di tanah Eropa. Event utamanya sih buat ikutan kongres mahasiswa kedokteran dan biomedis internasional (ISCOMS 2014) di Groningen, Belanda. Dina, temen sekelompok skripsiku, ngirimin karya skripsi kita bersama dan Alhamdulillah lolos presentasi di sana. (Psst, aku gatau lho dia submit. Tau-tau dia ngasi tau pas uda lolos aja, dan ngajak bekpekeran). Mumpung-mumpung lagi libur 4 minggu nih, sekalian aja kita Eurotrip :D Alokasi waktu 2 minggu, dengan budget seminimal mungkin. Jadilah kita berdua ciwi-ciwi hijabers, gone to our first backpacking trip across EUROPE!

Perjalanan dimulai dengan penerbangan GA 88 CGK-AMS tanggal 30 Juni jam 00.55 dini hari. Kenapa pilih Garuda? Karena satu-satunya maskapai yang merespon proposal kami dan ngasi diskon buat airfare nya. Yaay! Total kami bayar USD 925 buat PP Jakarta-Amsterdam. Mayan laah, kalo selevel Garuda biasanya jauh lebih dari itu, minimal USD 1200 lah. Trus ternyata, flight kami yang tanggal 30 itu merupakan penerbangan Garuda pertama yang direct Jakarta-Amsterdam tanpa transit. Istilahnya Inauguration Flight. Sebelumnya aku juga tau sih kalo GA CGK-AMS itu direct, tapi aku gatau kalo ternyata tgl 30 Juni itu penerbangan direct pertama :p Kami para penumpang disambut dengan buffet enak di ruang tunggu boarding (dimsum, bakso malang, quiche Lorraine, berbagai minuman segar, dll) dan dikasi souvenir eksklusif scarf sutra yang cantik banget J Alhamdulillah ya, belum berangkat uda ada keberuntungan macam ini, semoga pertanda baik buat perjalanan selanjutnya J

Sampai Amsterdam jam 9 paginya (perjalanan direct flight 14 jam, dengan perbedaan waktu Amsterdam 5 jam lebih lambat daripada Jakarta). Di bandara Amsterdam Schiphol pun kami disambut noni-noni Belanda yang bagiin tulip kayu dengan tag “Inauguration Flight Garuda Indonesia Jakarta-Amsterdam” yeey!

Kesan pertama di Eropa: rapih! Aku bukannya asing ya, dulu juga sempet ke bandara KLIA di KL, Malaysia. Schiphol ini ya mirip-mirip KLIA gitu lah, ya jangan dibandingin sama Soekarno-Hatta, wkwk. Bandaranya bersih banget dan gede banget.

Kesan kedua: Culture shock! Baru aja keluar di pintu arrival, eh ada pasangan bule yang dengan cueknya cium-ciuman. Hehe, baru pertama kali ini liat orang ciuman langsung dengan mata kepala sendiri. Di Eropa yang namanya PDA udah biasa ya, ga berapa lama kemudian juga aku menemukan banyak yang semacam itu; peluk-pelukan, gandeng-gandengan, dll. Biasa aja di sana, yang ga biasa ya akunya, risih, haha.
Setelah berbingung-bingung finding our way around Schiphol, kita pun naik kereta ke pusat kota Amsterdam. Stasiun keretanya pas di bawah bandara, jadi tinggal turun escalator doang. Harga tiket sampe stasiun Amsterdam central 4,5 Euro. Keretanya juga oke bgt bo, double decker. Dan free wifi :D

Sesampainya di Central Station, aku nitipin koper ke seorang temen di Amsterdam, sebut saja Bunga (emang namanya Bunga btw :p) Daaaan perjalanan Eurotrip of my life pun dimulai!
Secara kasar, selama 17 hari aku di Eropa, aku merencakan ke tempat-tempat berikut:
  •           Amsterdam, NL
  •           Groningen, NL (for the congress)
  •           Brussel, BE
  •           Paris, FR
  •           Praha, CZ
  •           Wina, AU
  •           Roma, IT
  •           Barcelona, SP
  •           Berlin, DE

Untuk ke mana-mananya, setelah googling2 dan tanya2, metode paling murah dan feasible adalah dengan Eurolines Pass. Eurolines itu nama perusahaan bus gitu, yang melayani perjalanan across Europe. Harga buat under 26 di bulan itu (mid-season) adalah 215 EUR, yang dengan Pass tsb kita bebas ke mana aja di Eropa selama 15 hari. Literally ke mana aja, mulai dari Eropa selatan macam Spanyol Itali sampai Eropa Utara negaranya para Viking Skandinavia, bahkan sampe UK. Tapi yaa karena keterbatasan waktu, akhirnya itinerary kita jadi begini:
Amsterdam – Brussel – Paris – Amsterdam – Groningen – Amsterdam – Budapest – Bratislava – Wina – Praha – Berlin – Paris – Amsterdam.


Ke Amsterdamnya berkali-kali ya, istilahnya sebagai tempat transit, soalnya kan kita naro koper di sana, dan setelah kongres di Groningen kita emang kudu balik Amsterdam dulu sebelum ke Budapest karena gada trayek Groningen – Budapest. Terus Paris nya dua kali, karena Paris emang ga cukup sekali J 

Sebenarnya kita berat banget ngorbanin Roma – Barcelona, tapi dilihat dari waktu dan ketersediaan jadwal bus, habis dari Roma itu kita susah banget kemana-mana. Bus dari Roma Cuma seminggu 2-3 kali itu pun Cuma ke kota-kota tertentu. Jadilah kita ganti tujuan ke Budapest. Padahal tadinya uda booking Amsterdam – Roma loh, dan uda ngebayangin bakal mengagumi kejayaan Romawi dan bakal do as the Romans do. Tapi ya harus realistis lah, waktu terbatas dan budget pas-pasan. Bye Roma, bye Barcelona, semoga diketemuin lagi di waktu yang lebih baik dan bersama orang yang lebih special (ngayaaal wkwk :”))

---bersambung ke cerita masing-masing kota