Friday, September 14, 2012

Terperangkap Materi

Hanya menggubah kolom Hikmah yang saya baca di koran Republika gratisan dari Bursa FKUI 2 hari lalu

Suatu hari, matahari tidak terbit di negeri antah berantah. Seharian gelap, dingin, dan mencekam. Bayi-bayi menangis. Orang-orang kebingungan, tak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam gulita yang meliputi, seolah semua kegiatan jadi tak ada artinya. Irama sirkadian bilang bangun hei, tapi kondisi lingkungan bilang tidur woi. Mau tidur salah, mau kerja juga tidak memungkinkan. Maka orang-orang berkumpul, memanjatkan doa massal kepada Tuhan agar matahari kembali terbit. Esoknya, yang ditunggu akhirnya keluar. Kontan syukuran besar-besaran diadakan di seluruh negeri.

Tapi ada yang salah di sini. Bukankah matahari selama ini selalu terbit, dan mencurahkan energi jutaan kilojoule setiap harinya? Tapi kenapa orang biasa saja? Kenapa baru sekarang bersyukurnya, setelah nikmat itu sesaat dicabut dari manusia?

Karena begitulah manusia. Persepsi tentang "nikmat" dan "bersyukur" hanya terbatas pada hal-hal materialistis saja; naik gaji, mobil baru, nilai ujian bagus, dapat beasiswa, sampai yang hoki banget macam dapat kelas executive di pesawat padahal tiketnya ekonomi.

Tak pernah bagi manusia terpikir untuk mensyukuri setiap napas yang diambil, setiap alvelous yang bisa mengembang normal, setiap molekul oksigen yang bebas gratis mau dihirup berapapun. Apa jadinya kalau pilek, emfisema, atau harus bayar buat oksigen, macam kita sekarang bayar buat air minum? Atau mensyukuri mata yang masih bisa melihat orang ganteng, korteks lobus frontal otak yang masih bisa mengenali wajah macam itu sebagai "ganteng", dan rasa malu yang menahan mulut untuk menyapa si ganteng. Apa jadinya kalau mata ini minus, tidak bisa melihat wajah ganteng? Atau ada yang salah dengan otak, tidak bisa mengidentifikasi "ganteng", atau tidak punya urat malu sehingga main tabrak aja semua orang ganteng yang berpapasan?

Semestinya manusia menghayati setiap langkah dan hari-harinya adalah nikmat yang tak terhingga dari Tuhan.   Dengan begitu hatinya akan senantiasa malu pada Tuhan yang sudah mencurahkan Kasih SayangNya, malu apabila berbuat salah padahal sudah diopeni sedemikian rupa.

Which favor of your Lord will you deny? Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?




yap, saya lumayan tertohok juga dengan artikel ini. Kosan saya mati lampu, ndak bisa ngenet, banyak nyamuk, panas, nggabisa ngapa2in selain tidur. langsung inget cerita matahari tidak terbit. bersyukur, bersyukur :)

No comments:

Post a Comment