Tuesday, October 18, 2011

Fenomena Blekberi


Alias BB. Meledaknya pengguna BB di kalangan warga Indonesia baru dimulai sekitar 2 tahun lalu, namun virusnya menyebar dengan sangat cepat. Tak heran, karena blekberi menawarkan penggunanya berbagai kemudahan berkomunikasi, apalagi dengan sesama BB user lainnya melalui Blekberi Messenger atau BBM.

Tidak Cuma BBM, blekberi juga menjanjikan berjuta kemudahan lain mulai social network macam facebook dan twitter sampai aplikasi serius macam office word, pdf reader, dan powerpoint. Pokoknya pengguna BB dijamin  terangkat status sosialnya.  Terbukti tiap ada yang ganti BB langsung heboh “cieee pake BB” ga ada tuh yang “ciee Xperia” atau “ciee android” :p

Atau benarkan begitu?

Bisa dibilang, saat ini 85% lebih teman seangkatan saya di kampus adalah pengguna blekberi.  Padahal dulu waktu awal saya maba, paling Cuma 40%. Belakangan banyak sekali temen2 yang beralih pada blekberi. Alasan utamanya ya BBM. Karena katanya sih BBM mempermudah komunikasi antar sesama sejawat. Bisa chat group, bisa lebih cepet dan lebih enak dari SMSan. Mungkin karena itulah semakin banyak pengguna BB di dunia ini hohoho

Sebenarnya pas kemaren hp saya ilang, sempat terpikir untuk ikut-ikutan pake BB. Memang, saya juga terkesan dengan bagaimana blekberi mempermudah kehidupan. Asik kali ya bisa BBM dengan temen2 lain, bisa ngetweet kapan aja, bisa buka email di mana saja,… Tapi setelah dipikir-pikir lagi, saya mengurungkan niat. Mungkin memang asik pake BB, tapi saya takut sama dampak jangka panjangnya, yang barangkali bisa kita sebut ‘adiksi’.

Bukan apa-apa, saya sudah mengamati salah satu orang terdekat saya yang beberapa bulan lalu beralih pada BB. Dan saya merasakan perbedaan pada dirinya (cieh). Sejak punya BB, ia seolah-olah gabisa lepas dari BBnya, bangun tidur langsung nyari BB, bahkan ketiduran sambil megang BB. Dan tak jarang saya dapati ia ketawa2 sendiri di depan BBnya, entah apa yang dilihat.

Belum lagi pertimbangan pulsa yang jelas akan makan lebih mahal daripada bukan BB. Akhirnya dengan menimbang, melihat, saya memutuskan membeli Joy. Untung bagi saya, karena less-addictive hehe. Yang penting sih buat saya hp yang bisa dipake sms, telpon, touch screen, ada music playernya (secara saya gapunya MP3), dan untung-untung Android. Hehe Alhamdulillah yah sesuatu banget saya dipertemukan dengan Joy :) Mana ternyata Joy juga bisa dipake baca pdf dan ppt, sehingga saya bisa baca2 tentir di angkot (sok rajin:p)

Yah overall sih, selalu ada plus minus dari tiap sesuatu. Memang sebaiknya kita tahu dulu apa kebutuhan kita sebelum memutuskan membeli sesuatu yang “besar” :)

No comments:

Post a Comment