Manusia memang tercipta sebagai makhluk pelupa dan mudah ditipu. Ia tertipu dengan luasnya ampunan Allah, sehingga terus berbuat maksiat, dengan rasionalisasi "Ah Allah kan Maha Pengampun, pasti Allah akan mengampuniku". Ia lupa bahwa menginginkan sesuatu tanpa mau berusaha mendapatkannya merupakan sifat tamak dan sangat tercela. Menginginkan ampunan tanpa berusaha mohon ampun dan terus menerus berdosa, misalnya.
Ia tertipu dengan kesholehan bapaknya, menganggap bahwa menjadi keturunan orang sholeh otomatis membuatnya dekat pula dengan Allah dan mudah menggapai ampunanNya, sehingga terus berbuat maksiat. Ia lupa dengan firman Allah
"Takutlah kamu semua akan suatu hari di mana seorang ayah tidak bisa menolong anaknya, dan seorang anak tidak bisa menolong apa-apa terhadap orang tuanya"
Ia tertipu dengan ketinggian ilmunya, mengira bahwa ilmunya bisa menyelamatkannya dari azab Allah di akhirat nanti, mengira bahwa dengan berilmu ia otomatis "terangkat derajatnya", sehingga terus berbuat maksiat. Ia lupa bahwa ilmu yang tidak diamalkan, yang tidak termanifestasi dalam perbuatan, bagaikan pohon yang tidak berbuah. Macam rumput yang terinjak-injak, atau pohon rambutan cangkokan yang hanya menjadi sarang gerombolan semut.
Ia tertipu dengan banyaknya ibadahnya, menduga ibadahnya yang siang malam itu bisa menolongnya menghindari neraka, sehingga ia bisa bebas bermaksiat. Ia lupa bahwa orang yang benar-benar banyak ibadahnya justru tidak pernah merasa cukup beribadah, saking rindunya pada Allah. Ia lupa bahwa justru "perasaan cukup" itu bisa menimbulkan kesombongan, yang jika terdeteksi setitik saja dalam hatinya, akan menghalanginya dari pintu surga. Ia lupa bahwa "merasa banyak ibadah" merupakan tanda ketidak ikhlasan, dan bisa menghapuskan pahala ibadah tersebut.
Ia tertipu dengan banyaknya hartanya, menyangka dengan harta ia bisa mengalahkan orang lain dan bisa berbuat sekehendak hatinya di dunia ini. Hatinya terus condong kepada dunia dan segala perhiasannya. Ia lupa bahwa ada hal-hal yang tak bisa dibeli dengan uang. Ia juga lupa bahwa hartanya semata-mata hanya titipan dan anugerah dari Allah.
Sikap "tertipu" dan "pelupa" ini bisa melenakan, lama kelamaan berujung pada kesombongan. Padahal berhak apa manusia sombong? Manusia ini kecil, hanya 1/7 milyar dari seluruh penduduk bumi. Bumi sendiri bahkan cuma 1/juta trilyun dari seluruh benda langit. Manusia secara praktis hanya sebutir debu di alam semesta yang tak ketahuan ujungnya ini.
---cuplikan kitab "Taisirul Khollaaq", pada suatu kajian sore bersama anak-anak pesantren El-Jasmeen, Singosari, Malang :)
"We were put in this world, not to impress anyone, but to prepare for eternity" -@nadiyyafz