Tuesday, August 14, 2012

Sisi Lain Eropa; a review

99 Cahaya Di Langit Eropa. Membaca judulnya saja saya langsung tertarik untuk membeli buku ini. Apalagi sudah lama sekali rasanya saya nggak baca buku (yah, salahkan jadwal yang terlalu sibuk :")) Dan saya nggak nyesel banget bela-belain beli buku ini, yang pada awalnya direkomendasikan mas-mas penjualnya sebagai buku anaknya Amien Rais.
courtesy of kanesyakanesty.blogspot.com
Eropa. Yang ada di pikiran saya (dan barangkali anda) (sok ada yang baca-__-) tentu saja La Tour Eiffel yang bercahaya dengan cantiknya, Kremlin yang angkuh dengan kubah-kubah berulirnya, Pegunungan Alpen yang puncaknya memutih oleh salju, kastil-kastil dan bangunan-bangunan kuno dengan desain khas, Sungai Seine, Tembok Berlin, cokelat Belgia, tari Flamenco, dan banyak lagi hal-hal lain yang sudah terkenal seantero dunia. Tapi buku ini, tidak seperti buku traveling kebanyakan, justru menguak sisi lain dari Eropa yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya.

Tahukah anda ada masjid di Spanyol yang sekarang jadi gereja? Tahukah anda bahwa Croissant yang berbentuk bulan sabit diciptakan sebagai tanda kemenangan tentara kristen atas Turki Ottoman? Bahwa Wina adalah kota terakhir Islam bertahan? Bahwa Napoléon Bonaparte menginisiasi pembangunan Axe Historique di Paris dengan alignasi lurus ke arah Ka'bah? Bahwa motif-motif kalimat tauhid terlukis di pinggiran hijab Bunda Maria di Musée du Louvre?

Saya juga baru tahu. Semua menunjukkan, betapa dulu Islam pernah bersinar di bumi Eropa ini. Semua fakta mengejutkan ini diceritakan Mbak Hanum dengan apik dan jelas. Mendidik, tapi sama sekali tidak terkesan menggurui. Dan Mbak Hanum berusaha memaparkannya seobjektif mungkin, terlepas dari kenyataan bahwa dia sendiri orang muslim, namun tidak semua tulisannya melulu membenarkan Islam. Dikupas mengapa orang Eropa sekarang banyak yang ga peduli sama agama, ternyata mereka punya masa lalu yang kelam saat jaman doktrin gereja begitu berkuasa. Dan kemudian Islam masuk dan memberi kebebasan seluasnya pada ilmu pengetahuan untuk berkembang, di sinilah Renaissance Eropa yang sebenarnya dimulai. Inillah mengapa banyak karya-karya seniman abad pertengahan yang mengadopsi model Islam. Sama seperti kaum muda kita yang sekarang meniru-niru Amerika sebagai bangsa adidaya, dulu pun Islam begitu adidaya nya sampai ditiru-tiru :")

Lalu mengapa sekarang seolah tidak ada lagi bekas Islam di Eropa? bahkan perempuan berkerudung saja susah cari kerja di sana? Lagi-lagi Jasmerah -- Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ada kala orang Islam zaman dulu berusaha ekspansi wilayah dengan kekerasan, misalnya di Wina, dan itu justru yang membawa kehancuran buat Islam di Eropa. Karena itulah Fatma, teman Mbak Hanum di buku ini, berusaha menjadi "agen Islam yang baik" dengan berbuat baik kepada semuanya, bahkan kepada serombongan bule yang menjelek-jelekkan Islam, dibayari makanannya di kafe oleh Fatma. Jadinya membuka mata saya banget, bahwa Islam itu agama yang rahmatan lil alamin. Buat semuanya.

Memang jadi muslim di Indonesia ini gampang, mayoritas, banyak masjid, mau wudhu banyak air, mau puasa  dimengerti, ga ada perdebatan sengit soal "Tuhan itu ada atau tidak". Berbeda sekali dengan kehidupan muslim di ranah Eropa yang mayoritas ateis. jangankan sholat, wudhu saja sudah dimarahi karena "habis-habisin air saja" katanya. :")

Well done Mbak Hanum. Ini buku Islam pertama yang bikin saya nangis, sekaligus bikin makin pingin ke Eropa. Worth to read! :D


No comments:

Post a Comment