di tengah aroma formalin yang menusuk hidung
di sekeliling meja-meja logam berkilap dan kursi-kursi tua
di antara para pahlawan yang terdiam kaku, kisut, dan mulai menghitam
wajah polos mahasiswa ini tergugu
menghadapi sebonggol otak,
sebelahan wajah,
sepotong tengkorak,
dan dua lembar dura mater
di meja sebelah, terbaring sesosok lain sang pahlawan
badannya utuh, hanya saja kepalanya kosong, otaknya entah dimana
dan selain organ-organ dalam yang menjulur ke luar
semuanya tampak lengkap, mengabaikan cekung matanya yang menatap hampa
para pahlawan yang terdiam ini
memang kini hanya bisa diam,
pasrah otaknya kami tusuk-tusuk dengan jarum pentul warna-warni
padahal dulunya mereka juga pernah hidup seperti kami
kaki yang kurus itu dulu pernah berjalan
mata yang hampa itu dulu pernah menyaksikan kemilau dunia
usus yang mencuat itu dulu pernah berperistaltik mencerna makanan
mungkin saja mereka dulu bahkan juga melakukan hal yang sama seperti kami, duduk dan belajar
kini kau cuma diam pahlawan kami
hanya tulus terima kasih buatmu
semoga sumbanganmu dapat berguna dalam membelajarkan kami
para mahasiswa polos yang on progress untuk menjadi dokter
~Jakarta, May 2011
No comments:
Post a Comment